Review: The story of stuff

Mungkin sudah banyak yang menonton video ini, The Story of Stuff oleh Annie Leonard ataupun sudah membaca bukunya. Saya pribadi selalu mengingatnya (pertama kali melihat video ini ketika dikenalkan dalam salah satu materi kuliah Environment Technology, dan keluar sebagai salah satu soal ujiannya..:P), karena setelah melihat video ini, setidaknya membuat saya mengerem keinginan membeli barang-barang yang sebetulnya mungkin tidak terlalu perlu.

Video ini menyadarkan kita, ketika membeli suatu barang, banyak hal terlibat di dalamnya, berkaitan dengan proses produksinya, yang mungkin kita tidak tahu darimana asal bahan baku dari barang yang kita beli, apa saja zat-zat yang terkandung di dalamnya, apa limbah yang dihasilkan, dan sebagainya. Selain itu, kita terkadang terbius dengan berbagai macam barang yang membuat kita nyaman, sehingga kita menghabiskan waktu untuk berbelanja dan asyik dengan barang tersebut, sehingga waktu interaksi dengan kehidupan sosial kita menjadi berkurang! Kita memang terbiasa membeli dan memiliki suatu barang, dan sekarang, barang-barang tersebut “menguasai” kita. Berbagai media dan iklan yang membius dan membuat kita terus..terus..dan terus berbelanja. ”Sebetulnya, bukannya kita tidak boleh membeli barang-barang tersebut, tetapi bagaimana kita harus lebih menghargai barang-barang tersebut, karena barang-barang tersebut dibuat oleh orang lain, diproduksi, limbah yang dihasilkan akan dibuang ke alam”, salah satu pernyataan Annie Leonard, dalam wawancaranya dengan media TV.

Dua hal menarik yang diungkapkan dalam video ini adalah mengenai dua strategi yang digunakan oleh aktor-aktor industri untuk memasarkan barangnya, dan terus meraup keuntungan, yaitu planned obsolescence dan perceived obscolence. Planned obsolescence adalah cara yang digunakan dengan memproduksi barang-barang yang memang masa gunanya dibuat habis secepat mungkin, sehingga kita akan cepat membuangnya dna membeli yang baru. Hal ini terlihat jelas dalam penggunaan gelas kertas, kantong plastik, dan bahkan saat ini beranjak kepada barang-barang yang lebih besar, seperti kamera, pengepel lantai, dan sebagainya. Perceived obsolescence adalah cara lain untuk meyakinkan kita, bahwa kita haruslah membuang barang yang jelas masih sangat berguna, dan hal ini dikarenakan adanya perubahan zaman misalnya yang mengakibatkan perubahan mode, sehingga apabila kita memakainya akan terkesan “kuno”. Iklan-iklan dan mode adalah salah satu bentuk perceived obsolescence yang berhasil membuat konsumerisme manusia meningkat.

Tingkat konsumerisme yang semakin tinggi memang mengkhawatirkan, karena itu, semoga dengan adanya salah satu video animasi dan buku yang ditulis oleh Annie ini dapat membuat kita mempertimbangkan kembali pola hidup dan konsumsi saat ini. Alam, penduduk lokal, dan diri kita sendirilah yang akan menjadi “korban” dari konsumerisme tersebut. Dengan sedikit lebih bijak dalam membeli sebuah barang, kita dapat memberikan kontribusi terhadap berbagai kegiatan seperti pengurangan pemanasan global, minimasi energi, produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, serta pengurangan zat-zat toksik dari barang tersebut.

Enjoy the watch then, and lets contribute for sustainable living!

170111

jovianiastari-

1 Response so far »

  1. 1

    Gita said,

    funny.. aku juga baru kasih link ini ke Hans 😉


Comment RSS · TrackBack URI

Leave a comment