RUANG PRIVAT

Sebuah ilustrasi cerita fiksi:


“Selama 1 bulan, Aldi mendapat tugas luar kota berkaitan dengan project yang sedang dikerjakan kantornya. Karen, istrinya berada di rumah bersama anak-anak, mengurus semua kebutuhan rumah dan anak-anak. Selama 1 bulan Aldi selalu berkomunikasi ketika berada di ruangan dengan keramaian, sering tidak sempat melakukan video call berdua dengan Karen pada malam hari, ketika sedang tidak bekerja, ataupun ketika Karen tidak sedang mengurus anak-anaknya. Alhasil komunikasi selalu terhambat, terkesan seperlunya, dan hampir tidak pernah ada deep conversation yang terjadi’.’

Mari kita renungkan ilustrasi di atas, bayangkan ketika kamu berada jauh dari rumah, ketika berada di keramaian, ketika kamu berada di tengah banyak orang selama beberapa hari, you keep doing the ‘public phone call‘ tanpa memperhatikan pasangan atau partner di bagian sana itu butuh waktu privat denganmu. Thats what exactly happen to Karen. Then she started to feel depressed and lonely. “

Source: from here

Hubungan privasi berdua antar pasangan seolah tidak penting ketika selalu ada orang ‘ketiga, keempat, dst’ diantara berbagai pembicaraan, siapapun itu termasuk anak-anak yang tentu saja ketika sudah besar adalah termasuk dalam grup ini karena ada pembicaraan2 yang memang tidak bisa didengar anak-anak, tidak baik, dan tidak etis.


I always believe ruang komunikasi ‘berdua’ adalah hal yang sangat-sangat penting.. Saat ini, dimana data begitu mudah2nya diakses dan disusupi orang lain, tentu saja sulit sekali ruang privat tersebut terbentuk. Kemunculan metaverse di masa depan dimana akan ada ‘dunia lain’ tempat orang berinteraksi sungguh semakin mengkhawatirkan. Anehnya, saya sering berpikir, kenapa orang senang sekali hidupnya terlalu terekspos oleh dunia luar, apalagi metaverse tersebut adalah dunia buatan dimana semuanya akan terekam oleh penyedia platform itu, semua! semua gerak gerik dan pembicaraan kita!


Saya sendiri adalah tipe orang yang sangat mendambakan ruang privat itu, dimana kita bersama siapapun, pasangan, sahabat, anak-anak, dalam interaksi one by one, tidak ada orang lain, lalu bisa bebas bercerita, dan fokus pada satu orang tersebut. Saya bukanlah tipe introvert, saya senang bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, saya suka keramaian, but still, for me, when being in the private room, one by one, the highest quality of talks will happen.


So, buat siapapun, baik yang masih remaja, berpasangan, berkeluarga.. tetaplah buat ruang privat itu selalu ada, hal tersebut semakin mahal harganya saat ini. Dengan mobilitas yang tinggi, globalisasi, tentu saja teknologi dapat membantu dalam berkomunikasi, tapi berkomunikasi seperti apakah yang kita harapkan? Tetaplah mempertahankan ruang privat itu, karena sebagian orang tidak bisa mengkomunikasikan apa yang ada di pikirannya ketika berada di tempat yang ramai dan tidak privat. Miskomunikasi akan terjadi, yang juga akan berdampak pada hal-hal lainnya yang mungkin tidak kita inginkan.


So, let’s continue to have our private room with our beloved one to earn out best quality moment..


23 Januari 2022

jovianiastari

Leave a comment