Archive for Religi

Renungan Idul Fitri hari ini..

Assalamualaikum wr.wb.

Ada sebuah cerita:

Seorang wanita menghabiskan waktunya seharian untuk merajut, ketika berganti hari, dia kembali mencerai beraikan rajutannya itu..

Cerita ini sebagai sebuah gambaran akan apa yang terjadi:

Di Bulan Ramadhan kita semua dididik untuk bisa disiplin, hidup sehat, teratur, lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT..ketika Ramadhan selesai, apakah semua akan kembali kepada kita yang sebelum memasuki Ramadhan? Seperti rajutan wanita contoh di atas yang kembali cerai berai…Apa hasil pendidikan di Bulan Ramadhan akan hilang begitu saja?

Mengendalikan nafsu, getol membaca Al-Quran, bersedekah..apakah hanya akan dilakukan hanya pada bulan ini saja?

Sejenak saya melakukan perenungan.terkadang itulah kondisi yang sering terjadi (bercermin pada diri)..

Semoga akhir dari Ramadhan ini menjadikan kita tetap konsisten dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang memang bermanfaat dan sesuai dengan apa yang diperintahkanNya setiap waktu..

Semoga shaum yang telah kita lakukan menjadi penebus dosa kita dan kita tergolong orang-orang yang disucikan..

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu ingin menjadi lebih baik dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT

Amin ya robbal alamin..

Taqabalallahu minna wa minkum, siyamana wa siyamakum..
Wallahualam bisahwab..

Wassalamualaikum wr.wb.

100910
jovianiastari

Leave a comment »

Pintaku..

Ya Rab,

Janganlah Engkau tinggalkan dosa padaku kecuali Engkau mengampuninya,

Tidak ada kegelisahanku kecuali Engkau menghilangkannya,

Tiada kesusahan tanpa Engkau melapangkannya,

Tak ada kemelaratan kecuali Engkau lenyapkan dia,

Tak sesuatu hajat yang Engkau ridhai kecuali Engkau memberikannya.

Wahai Yang Maha Rahim..

Sesungguhnya aku memohon kepadaMu segala yang mewajibkan rahmatMu dan segala yang meneguhkan keampunanMu dan akan keselamatan dari segala dosa dan mendapat keuntungan dari segala kebajikan..

Amin..

(Hr. at-Tarmidzi dan Ibnu Majah)

030910

jovianiastari

Leave a comment »

Syukurku padaMu..

Assalamualaikum, wr.wb..

Teringat kenangan masa lalu yang tertulis di diary kecil jaman dahulu kala..:)

29 Januari 2004

Lokasi: Angkot Jurusan Margahayu-Ledeng

Sedang asyiknya ku menikmati mimik orang2 yang ada di angkot (itulah seni dan asyiknya naik angkot, bisa melihat dan mengamati dari dekat perilaku dan keunikan orang lain.)

Tiba-tiba, di daerah lampu merah samsat (Bagi orang yang tinggal di daerah barat, pasti sangat familier dengan daerah ini)..Naiklah, seorang ibu bersama anaknya yang berpakaian agak (maaf) lusuh, sampai2 orang lain agak sedikit bergeser karena mungkin merasa tidak nyaman.

Si ibu naik duluan dan berusaha membantu anaknya untuk naik…”Kadieu jang, kadieu, burukeun bisi kaburu maju”

Si anak kemudian bertanya kepada ibunya.

Anak    : “Dimana ieu teh bu, di angkot keneh? Angkot naon ieu?”

Ibu       : “Di angkot Margahayu”

Anak    : “ Warnana naon angkot teh? Bulao nya? Stripna warna naon?”

Ibu       : “Koneng..”

Kemudian karena anak itu duduk di dekat pintu masuk Angkutan Kota tersebut, Ibunya memberitahunya untuk pindah ke tempat yang lebih aman.

Ibu       : “Pindah jang, kadieu bisi geubis”

Anak    : “Aduh si mamah nya, meni ngarerepot wae”

Ibu       : “Sok kadieu, sok atos ieu bade maju angkotna, sok ayeuna babacaaan  “Bismillahirrahmanirrahim”

Sang ibu lalu membimbing anaknya untuk mengucap basmalah..

Anak    : “Bisimillahirrahmanirrahim..”

Lalu sang anak meneruskan doa nya sendiri dengan doa bepergian.

Anak    :” Bismillahi, tawakkaltu alalla, walaa haula walaa quwwata illa billaah. Allahumma innii a’uudzu bika an adhilla au uddhalla, au azilla au uzalla, au azhlima au uzhlama, au ajhalaau yujhala’alaiya

Sebelumnya, tidak ada yang spesial dari semua kejadian yang kulihat di angkot itu, seperti halnya ibu yang membimbing anaknya seharusnya, tetapi ketika kuperhatikan anak itu kembali, ternyata anak itu tidak bisa melihat alias tuna netra, dan karena itu dia bertanya kepada ibunya dia sedang berada di daerah mana, dan lain-lain..

Lalu terus kuperhatikan anak tersebut, dan anak tersebut berusaha memasang pendengarannya untuk memperhatikan hal2 yang terjadi sepanjang perjalanan..

Kala itu, hatiku teriris..astagfirullah…lalu kuucapkan tasbih, dan tahmid serta juga rasa syukur karena apa yang telah diberikanNya kepadaku, kedua mata untuk melihat yang tidak dipunyai anak itu. Aku bisa bayangkan, anak itu pastinya ingin seperti anak-anak lain yang normal pada umumnya..

Subhanallah, terkadang kita lupa akan semua hal-hal yang kita anggap sepele, tetapi maknanya sangat besar bagi orang lain, rasa syukur karena selalu diberikan segala sesuatunya ini seharusnya tidak pernah berhenti kita ucapkan di segala keadaan, baik maupun buruk, karena Yang Maha Kuasa telah memberikan semua yang terbaik untuk kita, semata-mata agar kita jua selalu menjadi pribadi yang bersyukur kepadaNya..

Ketika kubaca catatan ku mengenai kejadian ini, pikiranku kembali kepada masa itu, masa ketika bertemu anak itu, semoga Sang Maha Besar selalu memberikan anugerahNya untukmu Ujang..semoga kekuranganmu itu tidak menjadikan suatu pengahalang untukmu terus berkarya dan memberikan sisi terbaik dari dirimu..amin..

Tulisan ini juga dibuat menjelang memasuki bulan suci Ramadhan 1431 H, untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya memohon maaf atas segala khilaf yang mungkin tertuang dalam kata, perbuatan ataupun tulisan..sengaja ataupun tidak disengaja..

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, dan semoga kita selalu dijadikan pribadi yang bersyukur..karena kita masih dapat bertemu dengan bulan suci penuh ampunan dan barokah ini..

Selamat menjalankan ibadah shaum, semoga semua amal ibadah kita, doa-doa kita senantiasa didengar, diterima, dan dikabulkan oleh Allah SWT…amin..

Marhaban ya Ramadhan..

Wassalamualaikum, wr.wb.

090810

jovianiastari

Comments (1) »

Untukmu orang tuaku..

Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiran

Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa orang tuaku …

Kasihilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil

Perindahlah ucapanku di depan mereka …

Lembutkanlah hatiku untuk mereka …

Rendahkanlah suaraku bagi mereka …

Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya…

Atas didikan mereka padaku…

Atas rasa sayang yang mereka limpahkan untukku …

Peliharalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku …

Gangguan-gangguan yang telah mereka rasakan..

Kesusahan yang mereka derita karenaku …

Jadikanlah itu semua rontoknya dosa-dosa mereka

Meninggikan kedudukan mereka …

Serta bertambahnya pahala kebaikan mereka …

Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengasih diantara semua pengasih …

Amin.

jovianiastari

220710

Comments (1) »

Ketaqwaan

(Rangkuman diskusi kemisan, 25 Juni 2010)

Assalamualaikum wr.wb

Diskusi yang pada hari kamis kemarin dimulai dengan pencarian tema secara general ini akhirnya terpecah dengan pertanyaan awal mengenai:

Apa yang dimaksud dengan taqwa?

Seringkali kita mendengar arti dari bertaqwa kepada Allah, yaitu takut kepada Allah dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kata Taqwa sendiri berasal dari kata takwa (التَّقْوَى) dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata kerja (وَقَى) yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 21 dinyatakan bahwa:

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”(QS. AL Baqarah [1]:21)

Allah Maha Besar, dan Allah tidak membutuhkan manusia-manusia untuk menyembahNya. Allah menurunkan ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab suci Al-Quran semata-mata ingin memberikan manfaat untuk manusia itu sendiri. Pada dasarnya, takwa dapat kita posisikan sebagai dua peran berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai kata sifat dan kata kerja. Dalam surat di atas, taqwa dinyatakan sebagai kata sifat dimana dari perintah terhadap penyembahan kita kepada Maha Esa dan implementasinya dalam bentuk ibadah-ibadah yang kita lakukan ditujukan untuk agar kita menjadi manusia yang bertaqwa. Taqwa sendiri dapat diartikan sebagai kondisi dimana manusia itu dapat merasakan manfaat dari apa yang telah dilakukannya melalui ibadah.

Manfaat apakah sebenarnya yang dimaksud?

Manfaat tersebut dapat dimaksudkan sebagai kebahagiaan, keteraturan, keharmonisan, tergantung dari segi apa kita menganalisis manfaat tersebut. Misalnya ketentuan di Al-quran mengenai jual beli dapat kita analisis dari segi ekonominya dimana akan menguntungkan kedua pihak pembeli dan penjual. Dari firman Allah berikut kita dapat melihat manfaat yang kita dapat dari menghindari riba:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran [3]:130)

Contoh lainnya adalah manfaat yang kita dapatkan dari puasa adalah ketenangan jiwa, dan dari segi kesehatan sangatlah baik. Semua manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas adalah manfaat dari arti ketaqwaan yang kita representasikan. Tetapi pada dasarnya, target atau manfaat utama dari manfaat-manfaat tersebut adalah satu hal yaitu:

“ Terpeliharanya kehidupan manusia”


dok. Annisa Joviani Astari

Makna terpeliharanya kehidupan manusia tersebut dapat diturunkan menjadi manfaat-manfaat yang bisa kita artikan secara konkrit, misalnya seperti apa yang telah tertulis dalam beberapa firman Allah sebagai berikut:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran [3]: 133)

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf [7]:96)

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:2-3)

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:4)

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid [57]:28)

Setelah kita memaknai definisi manfaat dalam konteks ketaqwaan, dan bila kita menganalisis dari fenomena kehidupan yang terjadi pada saat ini, banyak hal yang menjadi pertanyaan dalam diri kita (misalnya saya pribadi), seperti mengapa banyak orang yang belum tentu percaya dan melakukan ibadah seperti kita seorang muslim yang tujuannya bertaqwa dalam mendapat manfaat dari apa yang telah Allah janjikan, contohnya banyak orang-orang di negara maju ternyata hidupnya senang-senang saja, makmur dan juga berlimpah? (wallahuallam, tidak bermaksud men-generalisir atau menjudge kaum tertentu, sementara menyadari diri sendiri masih banyak kekurangan)..

Orang yang menurut pendapat kita belum tentu beribadah tersebut ataupun misalkan kita sendiri, dimana seringkali mendapatkan semua hal yang dianggap kesenangan dan kebanyakan adalah sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan duniawi. Kekayaan, kedudukan tinggi, kecantikan, kesuksesan dalam berkarier, reputasi yang baik dan juga banyak hal lainnya. Tetapi, satu pertanyaan komparatif dari pertanyaan tersebut, tanpa beribadah dalam rangka mencapai ketaqwaan, apakah akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam arti sebenarnya, pada akhirnya apakah akan mendapatkan “sesuatu” dalam arti nyata? Apakah akan mendapatkan “manfaat” dalam kehidupan itu sendiri?

Ternyata, bila kita melihat fakta-fakta tingkat bunuh diri yang tinggi, tingkat stress dan kekerasan, ternyata tidak ada nilai penting dari apa yang didapatkan dari semua itu, sehingga kita dapat mengajukan pertanyaan selanjutnya, apakah mereka bahagia dengan semua itu? Apakah mereka mendapat ketenangan dari semua itu? Apakah hidup mereka terpelihara, dalam arti kata mendapatkan semua keteraturan, ketentraman, kebahagiaan?

dok. Annisa Joviani Astari

Tidak ada yang lebih kekal daripada semua manfaat, daripada nikmat yang semata-mata berasal dari Allah SWT. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang pada akhirnya ditujukan untuk kehidupan akhirat kelak, dan ketaatan manusia terhadap Allah dimana seharusnya sikap alamiah kita terbentuk untuk hal tersebut adalah hak Allah. Karena itu mengesakan Allah adalah salah satu setapak yang mengantarkan manusia menuju ketakwaan. Mengesakan dalam hal ini dimaknai dengan melakukan semua untuk Allah, dan mengorientasikan semua hal hanya untuk Allah pula. Pemisahan berbagai aspek dalam kehidupan, misalkan ilmu pengetahuan dan agama, adalah hal yang tidak sesuai dengan esensi pengesaan itu sendiri. Semua hal yang diorientasikan untuk Allah telah diatur dalam Al-qur’an dimana di dalamnya diajarkan sesuatu yang logis kepada manusia untuk bersikap logis.

Pengertian ibadah itu sendiri haruslah tidak terkungkung dalam ruang lingkup yang sempit, yaitu sholat, puasa,zakat, naik haji, dan lainnya. Ibadah itu sendiri haruslah diartikan sebagai segala bentuk yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan orientasi untuk Allah yang akan mengusung kita kepada ketaqwaan. Seperti yang telah diuraikan di atas, ketaqwaan itu sendiri akan berdampak sangat positif kepada kita semua yang menjalankan ibadah tersebut. Insyaallah…

Maafkan apabila ada kesalahan dalam merangkum diskusi ini, keterbatasan berasal dari diri saya, dan kebenaran hanya berasal dari Allah SWT. Wallahu Alam Bishawab.

Wassalamualaikum wr.wb.

260610

-jovianiastari-

Comments (1) »

Aisyah r.a, teladan kita semua

Haus akan sosok wanita sepeti apa yang harus kita teladani, selalu terbersit kehidupan Aisyah r.a yang (subhanallah) dengan segala pahit getir kehidupan yang dilaluinya tidak pernah akan bisa kita ragukan keistimewaan-keistimewaannya sebagai seorang wanita.

Ummul Mu’minin Aisyah, salah satu istri Nabi Muhammad SAW ternyata merupakan pribadi yang manja dan mempunyai sifat pencemburu. Tetapi di balik sifat kemanjaan dan pencemburunya itu, ia merupakan perempuan yang sosok keibuannya kental. Hal ini terbukti dengan kehidupannya yang banyak diisi dengan mengasuh, mendidik, dan mengajar tentang ilmu Allah kepada keponakan dan anak-anak kecil di sekitar kediamannya.

Aisyah r.a. adalah seorang sosok yang menjadi rujukan intelektual bagi para sahabat terkemuka dan dikenal sebagai sumber yang sangat tidak diragukan dalam bidang ilmu pengetahuan, persoalan-persoalan agama, serta Al-Qur’an dan AS-Sunnah. Selain itu Aisyah juga dikenal sebagai sosok yang berhati-hati dalam persoalan-persoalan personal. Cerita mengenai Aisyah ini diulas secara lengkap dalam satu buku karangan Sulaiman an-Nadawi . Di dalam bukunya, penulis mengulas panjang lebar mengenai kehidupan Aisyah, posisi pentingnya di bidang hadits dan fiqih, pengetahuan agamanya, pandangan-pandangannya dalam persoalan hidup sehari-hari, keistimewaaan dan karakter probadinya serta pengetahuannya yang mendalam tentang syariat islam. Kecerdasan Aisyah, rasa cintanya yang tulus dan mendalam kepada Sunnah Rasulullah serta hasratnya yang sangat kuat untuk mengikuti dan menerapkan sunnah itu dalam kehidupan umat Islam di segala bidang, baik pribadi maupun sosial.

Subhanallah…Betapa banyak keistimewaan Aisyah..

Dalam satu sisi, intelektual Aisyah merupakan bagian terbesar dalam kisah hidup Aisyah, sesuatu yang membuat Aisyah menempati posisi terhormat di antara semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Di sisi lainnya, Aisyah merupakan sosok yang taat kepada suami dimana merupakan salah satu kewajiban terpenting seorang istri, dan Aisyah adalah teladan yang baik dalam hal ini. Tidak pernah sekali pun menentang perintah Rasulullah saw. Sepanjang Sembilan tahun keduanya hidup bersama. Jika Aisyah merasakan ada sesuatu yang mengganggu perasaan Rasulullah saw., meski ia mengetahuinya hanya melalui isyarat, maka Aisyah pasti menghindari dan menyingkirkannya. Rasulullah saw. Juga mendidik Aisyah untuk selalu bersifat dermawan dan memegang teguh kemuliaan. Berkat pendidikan dari Rasulullah tersebut, Aisyah dikenal sebagai seorang yang dermawan dan selalu berusaha kerasa untuk membantu orang lain hingga akhir hayatnya.

dok. Annisa Joviani Astari

Sosok Aisyah yang merupakan teladan bagi kita semua menggambarkan bagaimana adilnya islam yang memberikan ruang gerak bagi seorang muslimah tanpa menyalahi kodrat seorang wanita. Berbeda dengan pandangan barat yang memandang bahwa perempuan adalah dewa dan bila sebuah agama atau ideologi yang memenuhi hak-hak perempuan secara total dan menempatkan posisi perempuan pada posisi yang sebenarnya, maka hal tersebut merupakan suatu bukti bahwa agama atau ideologi tersebut bersifat rasional. Hal ini juga berbeda dengan pandangan orang Timur yang menganggap bahwa ruang gerak perempuan terbatas di dalam rumah. Sama sekali tidak ada peluang bagi perempuan untuk melakukan apa pun di luar rumah. Islam hadir dengan sesuatu yang sangat adil, sebuah posisi yang tidak melebihkan atau mengurangkan hak-hak perempuan. Islam tidak pernah menganggap perempuan sebagai dewa, tetapi juga tidak pernah menganggap perempuan sebagai komoditas yang bisa dimilki dan diperlakukan sesuka hati. Kaum perempuan dalam islam berperan sebagai pemberi ketenangan dalam kehidupan manusia di muka bumi dan perempuan bukanlah penghambat bagi kemajuan kehidupan. Peran perempuan sebagai pasangan dan juga sebagai sosok lembut akan melengkapi kehidupan rumah tangga sehingga tercipta suatu kesatuan yang utuh. Insyaallah.

Rasulullah Saw. dan Aisyah mengalami kehidupan rumah tangga yang indah dan sangat berbahagia dalam pernikahannya. Aisyah sangat berbahagia dalam pernikahannya dan tidak pernah ada istri para pemimpin dan pembesar yang menjalani hidup lebih bahagia daripada Aisyah serta tidak ada pula seorang pun dari mereka yang mencintai kehidupannya sendiri sebesar rasa cinta Aisyah kepada kehidupannya. Rumah tangga Aisyah dan Rasulullah diliputi oleh cinta, kasih sayang dan kesetiaan meski kondisi financial yang sulit melanda, mereka tetap menghadapinya bersama-sama dengan sabar dan rela. Mereka berhasil melawan dorongan-dorongan untuk hidup mewah dan nyaman. Kondisi sulit tersebut justru menambah keikhlasan dan rasa sayang, memperdalam rasa cinta dan kesetiaan.

Subhanallah, begitu indah kehidupan rumah tangga Rasulullah dan Aisyah, semoga kita semua selalu diberkahi oleh rahmat Allah SWT dan dapat meneladani sosok dan kehidupan rumah tangga tersebut. Amin ya robbal alamin..

Bagi kita semua, semoga doa yang selalu kita panjatkan berkaitan dengan pasangan kita selalu kita panjatkan, salah satunya dalam Ar-Rum ayat 21:

“ Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah DIa menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang..” (QS 30:21).

Semoga kita semua bisa menjadi seorang wanita yang senantiasa bercermin melihat diri kita sendiri dan berusaha memperindah dan menyempurnakan dengan meneladani kehidupan Aisyah r.a. dan Rasulullah saw.

Amin..

Sumber: Aisyah, The True Beauty karangan Sulaiman An-Nadawi.

020610

-jovianiastari-

PS: Terinspirasi dari temen-temen yang sebentar lagi mau menikah dan sudah menikah, semoga selalu menjadi keluarga yang sakinah mawahdah dan warohmah, teriring doa untuk diri sendiri dengan kesadaran akan segala kekurangan yang ada, semoga dijadikan manusia yang selalu bersyukur dan bisa meneladani kehidupan rumah tangga Rasulullah saw. dan Aisyah r.a. kelak amin. Juga terinspirasi dari keponakan kecilku yang cantik A’ishah..(hope we can meet very soon..:P).

Comments (3) »